Rabu, 24 Juni 2009

kanker serviks

Kanker Serviks

Pengertian

Kanker serviks atau kanker leher rahim adalah suatu proses tumor ganas yang tumbuh di dalam leher rahim/seviks (bagian terendah dari rahim yang menempel pada puncak vagina), dimana pada keadaan ini tumbuh jaringan yang tidak norma, cepat dan tidak beraturan, tidak berguna bagi tubuh dan apabila tidak dicegah dan diobati dapat menjalar kebagian tubuh lain sehingga menyebabkan kematian. Kanker serviks merupakan kanker yang tersering dijumpai di Indonesia baik di antara kanker pada perempuan dan pada semua jenis kanker. Kejadiannya hampir 27 persen di antara penyakit kanker di Indonesia . Namun demikian lebih dari 70 persen penderita datang memeriksakan diri dalam stadium lanjut, sehingga banyak menyebabkan kematian karena terlambat ditemukan dan diobati.




Etiologi

Kanker serviks terjadi jika sel-sel serviks menjadi abnormal dan membelah secara tak terkendali.

Ciri- ciri adanya kanker:

-Adanya cairan vagina abnormal.

- Pendarahan diantara waktu haid atau haid dengan pendarahan hebat.

- Pendarahan setelah melakukan hubungan seksual.

-Usia diatas 30 tahun.

Penyebab terjadinya kelainan pada sel-sel serviks tidak diketahui secara pasti,tetapi terdapat beberapa factor resiko yang berpengaruh terhadap terjadinya kanker serviks :

1. HPV (Human Papilloma Virus)

HPV adalah virus penyebab kutil genetalis (kondiloma akuminata) yang ditularkan melalui hubungan seksual. Menimbulkan dugaan bahwa HPV mungkin suatu karsinogen. Timbul teori bahwa keganasan serviks mungkin muncul akibat kelanjutan hiperlasia viral insitu, unutk kemudian berkembang menjadi karsinoma invasive. Varian yang sangat berbahaya adalah HPV tipe 16, 18, 45 dan 56. HPV adalah virus yang sangat umum. Virus ini berbasis DNA dan stabil secara genetis. Stabilitas genetik ini berarti infeksi akibat virus dapat dicegah melalui vaksinasi dalam jangka waktu yang panjang, tidak seperti virus influenza berbasis RNA, contohnya, yang kerap berubah sehingga membutuhkan vaksinasi secara teratur.

- HPV onkogenik dan HPV berisiko rendah

Setiap wanita berisiko terhadap infeksi HPV onkogenik, yang dapat mengakibatkan kanker serviks. Kurang lebih 100 tipe telah teridentifikasi. Empat puluh tipe tersebut menyerang wilayah genital. Dari 40 tipe tersebut, 15 merupakan tipe onkogenik dan dapat menyebabkan kanker serviks atau lesi pra kanker pada permukaan serviks. Secara global, HPV tipe 16 bersamaan dengan tipe 18 dapat menyebabkan 70 % dari seluruh kejadian kanker serviks. Selain itu, tipe 45 dan 31 menduduki urutan ketiga dan keempat tipe HPV penyebab kanker serviks, sedangkan tipe 16,18,45 dan 31 secara bersamaan bertanggung jawab atas 80 % kejadian kanker serviks diseluruh dunia.*

- Transmisi HPV

Setiap wanita berisiko terkena infeksi HPV onkogenik yang dapat menyebabkan kanker serviks. HPV dapat dengan mudah ditularkan melalui aktivitas seksual meskipun demikian transmisi tidak tergantung dari adanya penetrasi namun cukup melalui sentuhan kulit diwilayah genital tersebut (skin to skin genital contact). Dengan demikian setiap wanita yang aktif secara seksual memiliki risiko untuk terkena kanker serviks. Diperkirakan bahwa 50 - 80 % wanita dapat terkena infeksi HPV sepanjang hidupnya dan 50 % infeksi tersebut merupakan tipe onkogenik.

Patofisiologi

Infeksi HPV tidak selalu berkembang menjadi kanker serviks. Sebagian besar infeksi HPV (antara 50 - 70 %) menghilang melalui respon imun alamiah, setelah melalui masa beberapa bulan hingga dua tahun. Meskipun demikian, kanker serviks dapat berkembang apabila infeksi akibat HPV tipe onkogenik tidak menghilang. Dalam pengertian yang luas, diperkirakan bahwa dari setiap satu juta wanita yang terinfeksi HPV tipe onkogenik, hampir 10 % (100.000) akan terjadi perubahan sel serviks prakanker (displasia serviks). Dari angka tersebut, sekitar 8 % (8.000) akan mengalami perubahan prakanker pada sel - sel yang terdapat dipermukaan serviks (karsinoma in situ), dari jumlah tersebut, 20 % (1.600) akan terus berkembang menjadi kanker serviks apabila dibiarkan.

Perkembangan dari infeksi HPV onkogenik menjadi kanker serviks dapat terjadi apabila terjadi infeksi yang menetap dari beberapa sel yang terdapat pada serviks (sel epitel pipih atau lonjong di zona transformasi serviks). Sel - sel ini sangat rentan terhadap infeksi HPV dan ketika terinfeksi, akan berlipat ganda, berkembang melampaui batas wajar dan kehilangan kemampuannya untuk memperbaiki abnormalitas genetiknya. Hal ini akan mengubah susunan sel dalam serviks. Virus HPV akan bercampur dengan sistem peringatan yang memicu respons imun yang seharusnya menghancurkan sel abnormal yang terinfeksi oleh virus. Perkembangan sel yang tidak normal pada epitel serviks dapat berkembang menjadi pra kanker yang disebut juga sebagai cervical intraepithelial neoplasia (CIN).

Apabila memperhatikan infeksi HPV onkogenik yang persisten maka ditemukan tiga pola utama pada pra kanker, dimulai dengan infeksi pada sel serta perkembangan sel - sel abnormal yang dapat berlanjut menjadi intraepithelial neoplasia dan pada akhirnya menjadi kanker serviks.

- Cervical intraepithelial neoplasia I (CIN I) atau low grade squamous intraepithelial lesions (LSILs). Dalam tahap ini terjadi perubahan yaitu sel yang terinfeksi HPV onkogenik akan membuat partikel - partikel virus baru.

- Cervical intraepithelial neoplasia II (CIN II) atau high grade squamous intraepithelial lesions (HSILs). Dalam tahap ini sel - sel semakin menunjukkan gejala abnormal pra kanker.

- Cervical intraepithelial neoplasia III (CIN III). Dalam tahap ini lapisan permukaan serviks dipenuhi dengan sel - sel abnormal dan semakin menjadi abnormal.

- Infeksi persisten dengan HPV onkogenik dapat berkembang menjadi atau menunjukkan kehadiran lesi pra kanker seperti CIN I,II, dan III dan carcinoma in situ (CIS).

- Kanker serviks yang semakin invasif yang berkembang dari CIN III.

Klasifikasi kanker serviks

Pembagian stadium klinik ditetapkan oleh IFGO ( International Federation of Karsinoma and Obstetric) 1985 sebagai berikut:

Karsinoma pra Invasif

Stadium 0: karsinoma insitu

Karsinoma invasif:

Stadium I: karsinoma terbatas pada leher rahim ( tidak termasuk perluasan ke korpus uter

IA: karsinoma pra klinik ( diagnosa atas dasar pemeriksaan mikroskopis)

IA1: invasive stroma minimal mikroskopis

IA2: lesi dapat diukur secara mikroskopis. Batas invasi membrane basalis 5mm dan permukaan atau kelenjar dan penyeberan horizontal 7mm.

IB: lesi yanglebih luas dari IA2 yang secara klinis tampak atau tidak.

Stadium II: kanker meluas ke luar leher rahim belum mencapai dinding panggul, kanker sudah mencapai vagina tapi belum mencapai 1/3 distol

IIA: parametrium masih bebas

IIB: parametrium sudah terkena

StadiumIII: kanker sudah mencapai dinding panggul, tumor mencapai dinding panggul, tumor mencapai 1/3 distal vagina. Semua kasus dengan hironefosis dan ginjal yang tidak berfungsi kecuali penyebabnya oleh hal lain

IIIA: belum mencapai dinding panggul

IIIB: sudah mencapai dinding panggul

Stadium IV: kanker sudah meluas ke luar pelvis minor atau secara klinis sudah mengenai mukosa kandung kemih dan atau rectum.

IVA: menyebar ke organ sekitar

IVB: menyebar ke organ jauh..

Pemeriksaan Penunjang

Jika perjalanan penyakit telah sampai pada tahap pre kanker dan kanker
leher rahim telah dapat diidentifikasi, maka untuk penyembuhan,
beberapa hal yang dapat dilakukan adalah:
1. Operasi, yaitu dengan mengambil daerah yang terserang biasanya uterus beserta leher rahimnya.
2. Radioterapi yaitu dengan menggunakan sinar X berkekuatan tinggi yang
dapat dilakukan secara internal maupun eksternal.

3. Sitologi ( Pap Smear)

Pemeriksaan sitologi serviks atau pap smear adalah salah satu usaha deteksi dini keganasan serviks yanh mudah dilakukan dan murah. Tes ini dilakukan dengan cara melakukan kerokan permukaan serviks ( sitologi eksfoliatif). Kemudian bahan melakukan kerokan ini dibuat apusan dan setelah difiksasi dan di warnai, apusan tersebut dilihat secara mikroskopis dan dicari perubahan sel-sel endoserviks maupun ektoserviks kea rah pre kanker. Jika lesi serviks yang telah kita curigai mengalami perubahan kea rah keganasan maka harus dilakukan biopsi .

4.Biopsi

Sebagai suplemen terhadap sitologi, daerah tempat diadakan biopsi, berdasarkan hasil pemeriksaan kolposkopi. Kalau perlu diadakan multiple punch biopsy atau kuratase serviks dengan biopsy dapat ditentukan jenis kankernya.

5. kolposkopi

kolposkopi adalh prosedur pemeriksaan rahim dan leher rahim. Dengan memeriksakan permukaan leher rahi, dokter akan menentukan penyebab abnormalitas dari sel-sel rahim seperti yang dinyatakan dalam pemeriksaan pap smear. Dokter akan memasukan suatu cairan kedalam vagina dan memberikan warna saluran leher rahim dengan suatu cairan yang membuat permukaan leher rahim yang mengandung sel-sel yang abnormal terwarnai. Kemudian dokter akan melihat kedalm saluran rahim melalui sebuah alat yang disebut kolposkopi. Kolkoskopi adalh suatu alat semacam mikroskop binocular yang mempergunakan sinar yang kuat dengan pembesaran yang tinggi.

6. ServikografI

Sebuah kamera khusus yang digunakan untuk mengambil gambar dari serviks. Setelah serviks tersebut diberi asam asetat. Kemudian di bawa ke laboratorium untuk dilihat apakah teridentivikasi kanker atau tidak.

7. Konisasi

Dilakukan bila hasil sitologi meragukan pada serviks tidak tampak kelainan yang jelas. Untuk pemeriksaan kanker diperlukan konisasi dengan pisau ( cold conization)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar